Ada anak kota, ada anak ndeso
Ada anak orang kaya, ada anak orang kere
Ada anak pinter, ada anak bodo
Ada anak cantik, ada anak agak nggak cantik
Ada anak kemayu, ada anak biasa wae
Apa itu? Itu sedikit gambaran tentang sesuatu yang biasanya langsung terlintas saat kita melihat seseorang (mungkin). Memang terkadang kita sering men-'judge' seseorang dari luarnya saja, bahkan walaupun sudah kenal kita masih bisa belum saling mengenal. Tapi, ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk saling mengenal dengan orang lain. Cara paling efektif ya ngobrol. Hal itu sudah sering tak lakuin sama temen-temenku, kita jujur-jujuran tentang kekurangan dan kelebihan masing-masing. Walaupun kejujuran pas ngungkapin kekurangan itu 'mak jleb' banget, kita harus bisa nerima dan bahkan seneng soalnya itu berarti temen kita sayang sama kita dan mau ngasih tau kita supaya kita bisa berubah. Itu juga membuktikan bahwa mereka memperhatikan kita karena aku pernah denger 'Teman sejati itu teman yang bisa mengungkapkan kekurangan-kekurangan kita, bukan hanya melihat kelebihan kita'. Iya nggak sih? Kita seneng kan kalo temen kita tau kekurangan kita dan mereka ternyata masih mau bertemen sama kita.
Sebenernya bukan hal ini yang mau tak bahas. Mungkin tulisan ini bakal menyinggung beberapa pihak, tapi ini bukan tulisan untuk memojokkan, tapi lebih tepatnya untuk menyadarkan (opotoh?)
Jadi begini, saya sedikit prihatin sama sikap anak remaja jaman sekarang. Prihatin kenapa? Karena anak muda jaman sekarang sudah mulai kehilangan budaya ndesa, budaya ketimur-timuran yang menjunjung tinggi rasa hormat dan kesopanan. Maksudnya apa? Maksudnya... banyak saya temukan anak-anak muda sekarang sudah nggak hormat lagi sama orang tua, guru, dll. Apalagi anak yang (maaf) dilahirin dari keluarga berada, mereka kadang kadang kurang menghargai orang lain yang mungkin mereka anggap nggak sederajat. Bahkan orang yang lebih tua. Ckckck...
Wah, bahasa ku rada muter-muter nih...
Ehm, satu contoh mulai berkurangnya rasa 'ngajeni' terjadi sendiri di sekitarku dan parahnya itu bertebaran banyak sekali. Tadi, suatu peristiwa yang mempertunjukkan tentang merosotnya nilai moral terjadi saat pelajaran. Alkisah, Guru X sedang asik menjelaskan materi pelajaran di depan kelas. Namun, di kursi belakang ada 2 insan manusia bercekakak cekikik yang mengundang sang guru untuk menoleh. Menolehlah sang guru dan 2 insan itu ditegur, sayangnya nggak cuma ditegur, mereka juga disuruh keluar. Yahhh, bukan salahnya guru X juga sih, lha wong dia sudah tua, sudah mau pensiun, tapi masih semangat ngajar kok nggak didengerin? Lha, muncullah hal yang sangat saya sayangkan. Ya itu tadi, salah satu anak keluar dengan wajah tanpa rasa bersalah dan malah ketawa-ketiwi. Sabar pak, sabar. Nek aku jadi pak e paling wis tak bejeg-bejeg kui. Tapi, berhubung pak e agak sedikit humoris ya dibiarin aja keluar ketawa ketiwi gitu. Haduh, harusnya kan sambil keluar minta maaf karena memang udah salah, barangkali pak e malah dengan baik hati nyuruh mereka masuk lagi. Tapi, hal itu nggak terjadi, tidak ada peristiwa minta maaf, bahkan saat mereka disuruh masuk kembali. Malah langsung mengeloyor duduk lagi (sambil tetep ketawa). Hadedeh, gimana ya? Bener bener anak muda jaman sekarang...
Nggak cuma dalam hal sekolah aja... Aku dulu juga pernah nulis hal kayak begini, tentang merosotnya rasa saling kemanusiaan. Suatu hari, di dalam bus Trans Jogja, orang orang berjubel masuk ke dalam dan karena keterbatasan kursi, tentu saja ada yang harus berdiri. Nah, aku pun dapet jatah berdiri, haah, capek. Tapi bukan itu masalahnya. Masalahnya, waktu transit di salah satu shelter, ada simbah-simbah masuk. Udah tuek pokoknya, aku kan yo kasian to? Tapi berhubung aku berdiri ya aku nggak bisa nolongin. Parahnya, orang orang nggak ada yang kasian. Padahal banyak mas mas lho. Banci! Masak berdiri aja nggak mau. Apa itu? Katanya laki laki, ngalah sama orang sepuh aja nggak mau. Ckckck, mas mas, besok nek kamu tua, njuk naek bis terus nggak ada yang ngasih kamu kursi, KAPOK wae!
Daaaaan .... dari beberapa contoh yang saya sebutkan diatas (weleh bahasaku) dapat diambil kesimpulan bahwa banyaknya anak-anak muda yang kurang tanggap dengan keadaan sekitar. Egoisme dalam diri anak muda sekarang sangat tinggi. Mottonya adalah 'Saya suka saya, saya cinta saya, saya bahagia'. Tapi, bukannya ngelihat orang lain bahagia karena kita itu lebih nyenengin ya??? Ngakunya aja pas SD pelajaran PKn dapet 10, itu cuma nilai teori, tapi nilai prakteknya 0.
Pokoknya yang mau tak tekenin dari tulisan ini adalah, semoga yang mbaca mau sedikit sadar. Bukannya mau ngguruin (karena aku juga masih belajar) atau mau mojokkin, tapi mau mengajak kita untuk menjadi kita yang lebih baik. Ok, udah ah... mau liat film. Sekali lagi, maaf jika dalam tulisan saya ini menyinggung bahkan membuat marah beberapa pihak yang merasa terlibat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar