Senin, 01 April 2013

Dilema Kami dan Mereka


kami...
mengais sampah, mencari sisa nasi
mereka...
meminum anggur merah, membuang sepiring nasi
kami...
tetesan air mata darah mengalir di pipi
mereka...
senyum merekah memuja diri
kami...
kemanapun melangkah serasa menginjak duri
mereka...
dengan Ferrari merah melaju tak peduli
kami...
merasa marah karena kejamnya hidup ini
mereka...
selalu sumringah karena mudahnya hidup ini

kami...
haruskah menyerah pada kesengsaraan ini?
mereka...
tak bisakah merasakan rasanya menjadi kami?

UKT (Untuk Kita Tolak)



         UKT merupakan skema pembayaran yang sebentar lagi isunya akan diterapkan oleh UGM. Sebenernya saya lebih setuju kalo UKT itu merupakan singkatan dari Untuk Kita Tolak (Adam, 2013). Kenapa harus ditolak? Sebaiknya saya jelaskan dulu makna UKT sendiri itu apa.
                Uang Kuliah Tunggal menggunakan skema yang dibilang cukup praktis dan gampang, yaitu cukup dengan sekali membayar semua urusan sudah selesai, tidak perlu ribet ngurusi sana-sini.  Pengertian lebih jelasnya itu adalah skema pembayaran biaya kuliah yang mengintegrasikan beberapa komponen seperti SPMA, SPP, dan BOP dengan menghitung unit cost mahasiswa setiap semester. Tapi, mengapa banyak mahasiswa yang menolak diterapkannya skema ini? Hal itu terjadi tidak lain karena UKT memukul rata biaya untuk semua mahasiswa. Jadi, baik anak pejabat maupun anak tukang becak harus membayar biaya kuliah yang sama. Mungkin muncul pertanyaan, “Bukankah itu adil?”. Sebenarnya apa sih yang disebut adil? Misalkan saja Anda punya saudara yang masih berumur 3 tahun. Jika Anda menyebut adil adalah dengan membagi sama persis tanpa peduli keadaan dan kondisi, maka jika orang tua Anda adalah orang tua yang adil maka mereka akan memberi jatah uang saku Anda dan saudara Anda besarnya sama persis. Bayangkan bila Anda diberi uang saku perbulan 500 ribu untuk makan, beli bensin, beli pulsa, fotocopy dan saudara Anda juga diberi uang saku sama besar padahal ia mungkin bahkan belum tau bedanya uang 1000 dan 50.000. Apakah itu yang disebut adil? Tentu saja tidak. Menurut saya, adil itu seharusnya membagi sesuai kebutuhan dan kondisi yang ada.